Tekanan ekonomi dan kebutuhan hidup masyarakat desa penyangga menjadi peluang ancaman kelestarian Taman Nasional Way Kambas, diantaranya perambahan dan perburuan liar. Sebelumnya Balai Taman Nasional Way Kambas bersama mitra telah mengurangi tekanan terhadap kawasan taman nasional dengan membantu kelompok tani lebah madu hutan. Budidaya madu memiliki potensi besar untuk dikembangkan di Buffer Zone Way Kambas. Saat ini, produk madu petani belum memiliki izin keamanan pangan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Hal itulah yang menjadi salah satu kendala perluasan akses pasar produk madu. Standar kualitas dan peluang akses pasar madu sangat minim karena petani belum memiliki lembaga usaha sebagai wadah untuk mengakses peluang pasar.
Perkumpulan Desa Lestari adalah salah satu lembaga yang melakukan implementasi Program Hibah Kecil SGP Siklus 4 yang merupakan inisiasi program The Asian Centre of Biodiversity (ACB) bersama German Financial Cooperation melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Pada SGP Siklus 4, Perkumpulan Desa Lestari menginisiasi program berjudul Eskalasi Usaha Madu Kelompok Tani Hutan di Taman Nasional Way Kambas. Program ini bertujuan meningkatkan ketersediaan madu petani sesuai permintaan pasar. Kelembagaan usaha (koperasi) petani hutan madu dan lobi pasar akan mendorong peningkatan skala usaha madu petani hutan. Izin keamanan pangan dari BPOM dan pembuatan merk madu Way Kambas akan meningkatkan nilai jual produk sehingga menjadi strategi untuk meningkatkan penjualan produk madu petani.
Peningkatan skala usaha madu akan berdampak pada peningkatan pendapatan petani. Selain itu, petani harus menjaga ekosistem di kawasan taman nasional untuk menjaga ketersediaan pakan lebah. Program ini sejalan dengan misi Program Hibah Kecil untuk meningkatkan mata pencaharian masyarakat lokal di Taman Nasional Way Kambas.
Program ini melibatkan Balai Taman Nasional Way Kambas sebagai salah satu pemangku kepentingan penting. Pemerintah desa, instansi pemerintah, serta pemangku kepentingan pasar turut dilibatkan. Eskalasi Usaha Madu Kelompok Tani Hutan di Taman Nasional Way Kambas (TNWK) berjalan selama enam bulan, menyasar 7 Kelompok Tani Hutan di Desa RJU II, Braja Harjosari, dan Braja Yekti, terdiri dari 107 petani hutan madu, dengan persentase petani perempuan sebesar 6%. Penerima manfaat tidak langsung adalah individu petani hutan madu yang diharapkan bergabung setelah koperasi petani madu terbentuk.
Beberapa output yang diharapkan antara lain penambahan ketersediaan produk madu, terbentuk koperasi untuk petani hutan, dan produk madu petani hutan masuk ke pasar. Kemudian ada beberapa kegiatan yang dilakukan: pengadaan fasilitas produksi, workshop, pengajuan izin, hingga lobi ke pasar produk madu.