Manajemen Bisnis dan Kearifan Lokal Sehatkan Penyediaan Air Bersih

Air bersih adalah salah satu kebutuhan dasar hidup manusia. Di perdesaan, umumnya air bersih berasal dari air tanah atau air permukaan dari pegunungan. Pengelolaan air bersih di desa ada yang dikelola oleh paguyuban atau melalui lembaga resmi seperti Badan Pengelolaan Sistem Penyediaan Air Minum (BPSPAM) yang dibentuk bersamaan dengan Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) dan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Mekanisme penyaluran melalui pipa dan meteran adalah cara umum dalam sistem penyediaan air bersih ini. Namun kini pelayanan air bersih di Desa Berugenjang memiliki cara tersendiri. Kearifan lokal adalah dasar kebijakan penerapan pelayanan yang digunakan.

Desa Berugenjang adalah sebuah desa yang terletak di bagian selatan Kabupaten Kudus dengan luas 226.775 Ha yang memiliki tantangan besar dalam pengadaan air bersih bagi kehidupan masyarakat. Menurut informasi dari warga, dengan lahan yang didominasi oleh persawahan kandungan air tanah di Desa Berugenjang cenderung payau. Hanya di beberapa titik dan kedalaman tertentu di desa ini bisa diperoleh air tawar. Sebelum tahun 2014, krisis air bersih melanda desa dan banyak warga yang terpaksa membuang air besar di saluran air atau di persawahan. Pada tahun 2014, desa mengikuti program PAMSIMAS yang didukung APBD Kabupaten Kudus. Program ini menyediakan instalasi dan bangunan sumur air bersih. Meskipun air bersih bisa diperoleh, air tersebut belum layak diminum oleh masyarakat tetapi hanya bisa digunakan untuk keperluan sanitasi.

Pada tahun 2021 BUMDes Ngudi Rahayu Desa Berugenjang berdiri dengan tujuan untuk mengelola usaha penyediaan air bersih dengan fasilitas dari PAMSIMAS. Awalnya, struktur pengurus BUMDes tercatat lengkap. Setelah operasional berjalan, pengurus yang aktif hanya sekretaris dan pengawas serta Kiswo selaku kepala desa yang berfungsi sebagai penasehat. Di tahun pertama, BUMDes memperoleh keuntungan. BUMDes menggunakan sistem meteran air untuk menghitung penggunaan air di rumah pelanggan.

Pada tahun berikutnya meteran air di rumah pelanggan banyak yang rusak. BUMDes tidak bisa memperoleh bukti bahwa hal itu disebabkan kelalaian atau kesengajaan. Pelanggan meminta sistem penghitungan khusus yaitu dengan biaya retribusi per rumah sebesar Rp25.000,00 per rumah. Sistem penghitungan ini sempat berjalan hingga pertengahan tahun 2022. Melalui musyawarah desa, atas permintaan warga sistem ini diubah kembali menjadi hitungan retribusi per kepala dalam satu rumah, tanpa abonemen. Sayangnya, informasi jumlah kepala di setiap rumah tidak akurat dan pelanggan bisa memakai air tanpa batas. Karena hal itu, usaha ini tidak lagi memberikan keuntungan bagi BUMDes. Justru sebaliknya, BUMDes mulai mengalami kerugian.

Di tahun 2024 BUMDes memiliki sumur dan pompa di 3 titik, pelanggan air bersih sebanyak 1.400 orang dengan biaya pemasangan awal sebesar Rp250.000,00. Beberapa kali pengurus BUMDes mengusulkan kenaikan tarif agar usaha BUMDes tidak merugi tetapi warga tidak menyetujuinya. Sehingga, hingga pertengahan tahun 2024 kerugian BUMDes semakin besar. Pengurus pun menalangi biaya operasional usaha hingga jutaan rupiah hanya demi kelangsungan ketersediaan air bersih bagi pelanggan di desa.

Proses tersebut ini berlangsung hingga ada pelatihan dan pendampingan revitalisasi BUMDes yang diadakan oleh PT Djarum dengan implementator Perkumpulan Desa Lestari dan Lokadata. Kiswo pun memutuskan agar Desa Berugenjang diikutsertakan dalam pelatihan dan pendampingan tersebut dengan tujuan menyehatkan usaha serta kelembagaan BUMDes. Kepala Desa juga menginginkan adanya analisis kelayakan usaha untuk rencana usaha baru yang akan dikelola BUMDes.

Selama bulan Maret hingga Agustus 2023, Perkumpulan Desa Lestari memberikan pelatihan dan pendampingan hingga digelar musdes revitalisasi BUMDes. Hasil analisis kelayakan usaha yang dilakukan oleh pendamping dan pengurus BUMDes memberikan dua pilihan solusi yaitu kembali ke penggunaan meteran atau menaikkan tarif retribusi per kepala. Proses revitalisasi juga merekomendasikan kebutuhan restrukturisasi pengurus BUMDes serta dukungan ketegasan dari pemerintah desa sebagai solusi efektif.

Ketua BPD, Karsono, memberikan arahan dalam proses ini. “Desa Berugenjang adalah sebuah desa kecil yang warganya hampir semua punya hubungan kekerabatan. Oleh karena itu, di Desa Berugenjang akan lebih mudah menerapkan aturan yang sifatnya kearifan lokal selama tidak berbenturan dengan regulasi,” ucap Karsono. Menurutnya, akan lebih baik jika manajemen bisnis BUMDes tetapi dipadukan dengan konsep kearifan lokal Desa Berugejang.

Dalam Musdes Revitalisasi BUMDes, masyarakat diberikan pilihan mengikuti usulan aturan baru dari kepala desa atau usaha penyediaan air bersih oleh BUMDes sementara dinonaktifkan. Pendamping memberikan paparan tambahan kepada peserta musdes mengenai pentingnya mendukung BUMDes demi kepentingan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat desa. Karena penyediaan alat meteran baru belum bisa dilakukan hingga APBDes mencukupi, solusi diprioritaskan pada kenaikan tarif retribusi air. Melalui diskusi panjang, akhirnya peserta musdes menyetujui usulan perubahan tarif retribusi air bersih dan usulan restrukturisasi pengurus BUMDes. Kenaikan tarif retribusi air bersih pun diperkuat dengan SK Kepala Desa.

Selain revitalisasi usaha, manajemen BUMDes Ngudi Rahayu kini juga lebih tertib melalui mekanisme penerapan SOP kerja dan akuntansi keuangan BUMDes berbasis aplikasi. “Saya optimis usaha bisa stabil dan berkembang asalkan pemerintah desa dan masyarakat terus mendukung BUMDes.” tutup Rinang yang kini menjadi Direktur BUMDes yang baru. (LSY)

Usaha BUMDes Laris Manis Berkat Platform Digital

Badan Usaha Milik Desa memiliki peran yang sangat penting dalam memasarkan usaha ditingkat nusantara. Beberapa strategi yang dapat diterapkan yaitu pemasaran digital dengan memanfaatkan platform online sosial media dan e-commerce, kerjasama dengan UMKM, pameran dan festival, dan program kemitraan. Dengan pendekatan yang tepat, BUMDes dapat meningkatkan penjualan jasa atau produk usaha.

Badan Usaha Milik Desa dapat mengambil manfaat dari perkembangan era digital. BUMDes dapat memasarkan produk, memberikan pelayanan publik, pelatihan, dan pemberdayaan. Pada aspek pemasaran produk BUMDes mampu memasarkan secara luas hingga seluruh dunia, bahkan bisa melakukan ekspor impor, tentunya dengan nominal yang tidak sedikit. BUMDes mampu meningkatkan pelayanan berupa pengaduan yang lebih efisien. BUMDes juga dapat menggunakan platform untuk mendapatkan pelatihan keterampilan digital kepada anggotanya.

BUMDes Semanah Berkah Manfaatkan Perkembangan Era Digital

Sebelumnya pengurus BUMDes hanya mengetahui ilmu dasar dalam bersosial media. Pengurus belum mengetahui strategi dalam menggunakan iklan. Adanya penyertaan modal desa untuk BUMDes, pengurus dapat memanfaatkan sebagian modal untuk meningkatkan kapasitas menyusun strategi pemasaran melalui iklan seperti Google Ads dan Facebook Ads.

Memasarkan produk melalui Google Ads dan Facebook Ads dapat menjangkau audiens lebih luas dan mampu menargetkan pelanggan berdasarkan lokasi, minat dan perilaku, sehingga iklan lebih efektif.

Setelah mengikuti peningkatan kapasitas melalui daring selama beberapa hari, pengurus mempraktekkan ilmu yang telah didapatkan.  Saat ini BUMDes Semanah Berkah telah memiliki situs bumdessemanahberkah.com. Situs tersebut memuat profil dan usaha BUMDes yang dapat memudahkan pelanggan dalam melakukan pencarian.

Jenis Usaha Tenda Lipat yang Paling Diminati

BUMDes Semanah Berkah Demaan telah resmi berbadan hukum pada tanggal 16 Juli 2024. Pada saat musyawarah desa telah disepakati beberapa rencana usaha antara lain pengelolaan sampah, penyewaan gedung, penyewaan tenda, dan marketing lencana. Direktur berkeinginan untuk memasarkan usaha BUMDes melalui online agar memiliki jangkauan pasar yang lebih luas.

Saat ini penyewaan tenda lipat lebih diminati pelanggan karena sangat dibutuhkan untuk berbagai event. “Tenda lipat BUMDes sudah banyak yang order, terutama untuk event bazar sekolahan, kampus, dan catering makanan nikahan. Rata rata mereka mendapat info melalui Facebook,” tutur Didik Prasetiadi selaku Direktur BUMDes. BUMDes akan berfokus pada usaha tersebut, tentunya dengan tidak meninggalkan usaha yang lain.

Tenda yang dimiliki oleh BUMDes Semanah Berkah merupakan tenda lipat premium dengan tiang berbentuk heksagonal sehingga tiang tersebut sangat kuat dan kokoh dari tiupan angin. Banyak pelanggan yang tertarik karena kemudahan pemasangan, bahkan oleh satu orang saja dengan durasi cukup singkat. Selain itu, biaya sewa tenda lipat relatif murah. Tenda lipat dengan ukuran 2 x 2 meter disewakan dengan biaya sebesar Rp60.000,00, dan ukuran 3 x 3 meter sebesar Rp150.000,00. BUMDes telah mendapatkan pendapatan kotor sebesar Rp445.000,00 sejak satu bulan pertama berjalan.

Dari beberapa jenis usaha BUMDes Semanah Berkah yang berjalan, penyewaan tenda menjadi yang paling laris, “Tidak menyangka, dari beberapa usaha BUMDes yang ada, usaha yang menempati di urutan nomor satu adalah penyewaan tenda. Padahal sebelumnya yang kita perkirakan adalah lencana,” ungkap Sekretaris BUMDes Indah Mangesthi. Pengalaman ini menunjukkan bahwa BUMDes perlu memiliki beberapa jenis usaha untuk bisa mengetahui usaha mana yang dapat menguntungkan. (NL)

Geliat Usaha Wisata BUMDes Wonorekso Lewat Pasar Sarwono

Desa tidak lagi menjadi daerah yang ditinggalkan oleh warganya. Desa tidak lagi menjadi daerah yang dianggap tertinggal dan tidak menarik. Desa saat ini menjadi tujuan masyarakat untuk berwisata. Suasana alam yang sejuk dengan banyak pepohonan yang rindang, budaya lokal, dan kuliner yang khas menjadi daya tarik desa untuk dikunjungi oleh masyarakat.

Desa Wonosoco di Kabupaten Kudus memiliki semuanya, suasana alam dengan banyak pohon rindang dan sumber mata air alami serta kuliner tradisional seperti Botok Petet, Botok Yuyu, Lempok Dudoh, dan Wedang Coro tersedia di desa ini. Budaya lokal yang masih terjaga di desa ini adalah Wayang Klitik dan Kirab Budaya Resik Sendang.

Sejak tahun 2009 Wonosoco telah dikenal sebagai desa wisata. Sayangnya aspek yang ditawarkan untuk menjadi destinasi wisata baru pemandian sumber mata air alami dan bumi perkemahan. Kuliner tradisional, panorama alam, dan budaya belum menjadi komoditas wisata di desa ini. Kurangnya variasi destinasi membuat wisatawan yang berkunjung cenderung hanya satu kali datang. Wisata sumber mata air alami hanya ramai di saat musim libur panjang, sedangkan hari-hari biasa jarang sekali wisatawan yang berkunjung sehingga terkadang pendapatan yang masuk tidak mampu menutup biaya operasional.

Tidak ada peningkatan kunjungan wisatawan sejak 2009 hingga 2021, membuat pengurus BUMDes Wonorekso memutar otak untuk meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung. Pada awal 2022, BUMDes mulai terjun dalam pengelolaan wisata. Bekal penyertaan modal dari desa sebesar Rp 15 juta dan 3 unit ATV milik desa.  BUMDes didampingi oleh Perkumpulan Desa Lestari mulai berinovasi untuk mengembangkan wisata di desanya. Pokdarwis yang telah mengelola wisata sejak lama digandeng oleh BUMDes untuk bersama-sama mengembangkan destinasi baru.

Modal uang yang telah diterima dialokasikan untuk membuat jalur ATV dan penambahan destinasi wisata hutan jati. Penambahan destinasi sedikit menambah pendapatan wisata. Namun sayangnya penambahan pendapatan masih belum sebanding dengan biaya yang dikeluarkan. Pendapatan dari penyewaan ATV habis digunakan untuk servis dan biaya operasional ATV. Selain itu adanya penambahan destinasi dan ATV juga belum berdampak signifikan terhadap peningkatan jumlah kunjungan wisatawan.

Tak tinggal diam, pengurus BUMDes kembali merancang penambah destinasi baru untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan dan pendapatan. Melalui proses analisis yang panjang, diperoleh kesimpulan bahwa kecenderungan wisatawan dari kabupaten Kudus dan sekitarnya adalah untuk menikmati kuliner. Melalui proses analisis tersebut BUMDes merancang wisata kuliner yang berbeda dengan yang ada disekitarnya. Rancangan tersebut menghasilkan inovasi baru di wisata Desa Wonosoco berupa pasar kuliner tradisional khas yang diberi nama Sarwono. Pasar kuliner tradisional ditempatkan di bawah hutan jati yang rindang dengan iringan musik tradisional dari Desa Wonosoco.

Pasar Sarwono dilaksanakan setiap hari Minggu Legi atau selapan sekali dalam hitungan Kalender Jawa dan empat puluh hari sekali dalam penanggalan nasional, dimulai dari jam 07.00-10.000. Guna menambah nuansa tradisional transaksi jual beli di Sarwono menggunakan koin kayu yang telah disediakan oleh BUMDes. Satu keping koin dihargai Rp2 ribu.

Kuliner yang dijajakan di Sarwono adalah kuliner tradisional, mulai dari kacang rebus, pecel dan krupuk sermier, sego karak dan peyek teri hingga wedang coro dan es lidah buaya. Seluruh makan diasajikan menggunakan daun Jati dan daun Pisang. Tujuannya untuk meningkatkan nuansa tradisional dan mengurangi sampah plastik di desa. Makanan dan minuman dijual dengan harga yang sangat terjangkau, mulai dari 2-5 keping koin.

Pengunjung meramaikan Pasar Sarwono (sumber: dokumentasi lembaga)

Untuk berkunjung ke Pasar Sarwono wisatawan hanya perlu membeli tiket masuk dan parkir sebesar Rp5 ribu. Pengunjung sudah mendapat fasilitas spot selfie, kolam pemandian mata air alami, dan jalan-jalan di bawah hutan jati yang rindang secara gratis.

Semenjak adanya Pasar Sarwono, jumlah wisatawan yang berkunjung ke desa Wonosoco meningkat pesat dengan rata-rata jumlah wisatawan yang berkunjung ke pasar Sarwono mencapai 800-900 orang. Saat ini wisatawan yang berkunjung bukan hanya dari sekitar desa, melainkan juga berasal dari kabupaten lain di sekitar Kudus.

BUMDes juga meningkatkan produktivitas warga melalui kerjasama dengan ibu rumah tangga untuk berjualan makanan dan minuman di Pasar Sarwono. BUMDes melibatkan warga desa lainnya untuk berperan dalam penyelenggaran Sarwono, mulai dari penjaga parkir, pengelola koin hingga keamanan. “Setiap kegiatan Pasar Sarwono kami melibatkan 10-15 orang sebagai pekerja lepas untuk membantu menjaga loket tiket, penataan parkir dan bantu menjaga wahana,” kata Aslori, Direktur BUMDes.

Adanya pasar Sarwono menjadi berkah tersendiri bagi warga Desa Wonosoco. Pasar Sarwono secara langsung menambah pendapatan mereka. Selain berdampak pada pendapatan warga, Pasar Sarwono juga menjadi wadah warga Desa Wonosoco untuk memperkenalkan produk lokal dan hasil pertanian warga.

Melihat antusias pengunjung yang semakin tinggi, pengurus BUMDes berupaya untuk terus menambah fasilitas wisata dan meningkatkan kenyamanan wisatawan. “Kedepannya kami akan menambah jadwal Pasar Sarwono menjadi lebih sering, satu bulan sekali kemungkinan,” kata Tri Budi Wahono Sekretaris BUMDes yang juga berperan sebagai koordinator Pasar Sarwono. (NS)

BUMDes Mega Mulia Bangkit dengan Penuh Harapan

Badan Usaha Milik Desa dihadirkan sebagai upaya untuk meningkatkan kemandirian ekonomi desa. Namun, tak sedikit BUMDes yang gagal berkembang karena beberapa faktor seperti kelemahan internal dalam manajemen hingga tantangan eksternal yang menghambat kemajuan usaha.  Tidak belajar dari kegagalan, banyak BUMDes terkesan “enggan bangkit” meski memiliki potensi besar untuk berhasil.

Berbeda dengan BUMDes Mega Mulia yang terletak di Desa Megawon Kecamatan Jati Kabupaten Kudus yang sedang mengalami kebangkitan signifikan setelah melakukan revitalisasi. Saat awal didirikan pada Desember 2017, BUMDes ini menjalankan satu kegiatan usaha yakni jasa pembayaran dengan menjadi agen Pospay. Berjalan selama 10 bulan, BUMDes Mega Mulia tidak mampu berkembang. Penyebab utamanya adalah menejemen yang kurang profesional dan banyaknya personil kepengurusan BUMDes. Sehingga mengakibatkan kurangnya efisiensi dalam pengelolaan BUMDes.

Nurasag, Kepala Desa Megawon mengambil langkah-langkah strategis yang tidak hanya memperkuat pondasi kelembagaan, tetapi juga meningkatkan kualitas lingkungan kelembagaan, dan usaha yang dijalankan. “Kami melihat BUMDes adalah potensi besar untuk meningkatkan perekonomian desa. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, kepengurusan yang ada tidak berjalan maksimal. Program kerja BUMDes mandek karena kurangnya koordinasi dan inisiatif dari pengurus. Hal ini tentunya berimbas pada kurangnya manfaat yang bisa dirasakan oleh warga. Oleh karena itu, kami merasa perlu untuk melakukan revitalisasi, salah satunya adalah mengubah struktur kepengurusan agar lebih aktif dan produktif, serta memilih orang-orang yang memiliki komitmen untuk menjalankan peran mereka dengan baik,” kata Nurasag.

Penguatan SDM yang Kompeten dan Loyal

Salah satu pilar utama dalam kebangkitan BUMDes Mega Mulia adalah revitalisasi kelembagaan yang berfokus pada pengembangan sumber daya manusia (SDM) yang memiliki kompetensi. Pada tahap awal, BUMDes ini mengalami berbagai masalah terkait kurangnya keterampilan manajemen dan bisnis dari para pengurus. Akibatnya, usaha yang dikelola tidak berjalan optimal, dan hasilnya kurang memberikan dampak bagi kesejahteraan masyarakat desa.

“Kami memulai dengan melakukan evaluasi pada aspek kepengurusan. Kami memutuskan untuk mengganti seluruh anggota pengurus karena tidak aktif dan merekrut orang-orang baru yang lebih berkompeten. Dengan begitu, kami berharap BUMDes bisa lebih optimal dalam memaksimalkan potensi ekonomi desa,” kata Nurasag.

Menindaklanjuti hal tersebut, BUMDes Mega Mulia melakukan program peningkatan kapasitas SDM melalui pelatihan dan pendampingan di bidang manajemen bisnis, keuangan, pemasaran, dan tata kelola usaha. Dengan dukungan pelatihan dan pendampingan intensif, pengurus BUMDes kini lebih siap untuk menjalankan bisnis dengan strategi yang lebih matang dan berkelanjutan. Tidak hanya meningkatkan kemampuan teknis, program ini juga memperkuat loyalitas para pengurus untuk mencapai visi BUMDes yang mandiri.

Penentuan pengurus baru BUMDes Mega Mulia dalam forum musyawarah desa (sumber: dokumentasi lembaga)

Selain kompetensi, legitimasi pengurus juga diperkuat melalui dukungan penuh dari pemerintah desa, BPD, dan masyarakat. Mereka dipilih atas keinginan masyarakat Desa Megawon melalui forum musyawarah desa. Hal ini memberikan mereka dasar hukum yang kuat untuk menjalankan tugasnya dengan penuh tanggung jawab. Dengan legitimasi dan loyalitas yang terbangun, BUMDes Mega Mulia kini berada di jalur yang tepat untuk mewujudkan peran sentralnya sebagai penggerak ekonomi desa.

“Pertimbangan kami cukup jelas. Kami mengusulkan kandidat ini karena beliau adalah seorang perempuan yang sangat aktif dalam kegiatan-kegiatan di desa. Partisipasi dan kontribusinya dalam berbagai program desa selama ini sudah terbukti. Selain itu, beliau juga memiliki latar belakang pendidikan yang mumpuni, yaitu sarjana. Kami percaya kombinasi antara pendidikan dan keterlibatan aktif di masyarakat merupakan modal penting untuk memimpin BUMDes dengan lebih profesional dan visioner.” Kata Ketua BPD Megawon Tri Setiyo.

Harmonisasi dengan Regulasi Terbaru

Seiring dengan penguatan kelembagaan, BUMDes Mega Mulia juga melakukan revitalisasi pada lingkungan kelembagaan, yang meliputi pembaruan Peraturan Desa (Perdes), Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART), serta Standar Operasional Prosedur (SOP). Semua langkah ini diambil untuk memastikan bahwa operasional BUMDes selaras dengan peraturan perundang-undangan terbaru, seperti Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2021 Tentang BUMDes, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja dan Peraturan Pemerintah lainnya terkait BUMDes.

Dengan adanya regulasi yang lebih kuat dan sesuai dengan peraturan terkini, BUMDes Mega Mulia dapat beroperasi dengan lebih profesional, transparan, dan akuntabel. Masyarakat juga memiliki mekanisme yang jelas untuk memantau dan mengawasi kinerja BUMDes, sehingga kepercayaan terhadap pengelola pun meningkat.

Optimalisasi Aset Desa

Lapak kuliner dan gazebo yang dikelola oleh BUMDes Mega Mulia (sumber: dokumentasi lembaga)

Selain memperbaiki kelembagaan, BUMDes Mega Mulia juga melakukan revitalisasi di sektor usaha yang dijalankan. Salah satu inovasi terbesarnya adalah pengelolaan lapak kuliner milik desa sebanyak 20 lapak yang sebelumnya dikelola sendiri oleh desa dan sepi peminat. Melihat potensi ekonomi yang besar, BUMDes memutuskan untuk menjadikan lapak ini sebagai sentra kuliner desa, dengan menghadirkan beragam usaha makanan yang dikelola warga setempat.

Dengan pendekatan yang lebih profesional dan terus melakukan promosi dan sosialisasi kepada masyarakat, dalam 1 bulan terakhir usaha lapak kuliner ini mendapat 5 pelanggan yang sewa selama 1 tahun. Harapannya lapak kuliner ini tidak hanya memberikan penghasilan bagi warga, tetapi juga menjadi daya tarik wisata bagi desa.

Selain usaha penyewaan lapak kuliner, Mega Mulia juga mengembangkan bisnis penyediaan air bersih untuk masyarakat desa. Dalam upaya meningkatkan akses terhadap air bersih, BUMDes bekerjasama dengan pemerintah desa untuk mengelola aset desa (Pamsiamas) yang selama ini pengelolaannya belum maksimal dan profesional. Usaha ini fokus pada distribusi air yang dapat menjangkau kebutuhan warga desa, terutama di daerah yang sebelumnya kesulitan mendapatkan air layak konsumsi. Satu bulan berjalan, kini usaha penyedian air bersih BUMDes terus mengalami peningkatan pelanggan. Dengan pengelolaan yang baik, sistem distribusi air ini tidak hanya membantu warga memenuhi kebutuhan sehari-hari, tetapi juga menjadi sumber pendapatan tambahan bagi BUMDes.

Kedua usaha ini, baik lapak kuliner maupun layanan air bersih, menjadi contoh nyata bagaimana BUMDes dapat mengelola aset dan sumber daya lokal secara efektif. Nilai tambah yang diberikan kepada aset desa, serta pelayanan kepada masyarakat, membuat BUMDes Mega Mulia semakin berperan penting dalam peningkatan kesejahteraan desa.

Harapan Menuju Masa Depan yang Lebih Mandiri

Revitalisasi yang dilakukan oleh BUMDes Mega Mulia membuktikan bahwa dengan penguatan kelembagaan, regulasi yang tepat, dan inovasi usaha, BUMDes dapat bertransformasi menjadi motor penggerak ekonomi desa yang kuat dan berkelanjutan. Dari pengembangan SDM hingga optimalisasi aset, Mega Mulia menunjukkan bahwa BUMDes memiliki potensi besar untuk menciptakan kemandirian ekonomi di tingkat desa.

“Kami memiliki harapan besar setelah adanya program revutalisasi BUMDes Mega Mulia. Sebagai direktur yang baru, kami berharap BUMDes Mega Mulia bisa lebih berkembang dan mandiri dalam mengelola usaha-usahanya. Selain itu, adanya pendampingan dari PT Djarum tentu menjadi keuntungan besar bagi kami, karena kami didampingi dalam segala hal, baik manajemen, pengelolaan keuangan, bahkah menjadi mediator kami dengan pemerintah desa dan BPD ketika kami berdiskusi. Ini akan memperkuat fondasi BUMDes kami agar bisa lebih profesional dan berdaya saing.” Ungkap Direktur BUMDes Mega Mulia Erni Alfiaturrohmaniah

Nurasag berharap BUMDes bisa menjadi motor penggerak ekonomi desa dan memberikan manfaat langsung bagi masyarakat. Dirinya menaruh harapan pada pengurus agar lebih solid dan efektif supaya BUMDes bisa menghadirkan program-program yang lebih inovatif dan berkelanjutan.

Adanya pondasi kelembagaan yang lebih solid, regulasi yang jelas, dan usaha yang terus berkembang, BUMDes Mega Mulia optimis dapat terus tumbuh dan menjadi inspirasi bagi BUMDes lain di Kudus. Kebangkitan ini tidak hanya memberikan manfaat ekonomi, tetapi juga membangun kepercayaan dan partisipasi masyarakat dalam membangun desa yang lebih sejahtera. (JH)

BUMDes Bangun Insan Gemilang Bangkit Berkat Pendampingan Intensif

Upaya membentuk Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) untuk menciptakan percepatan pembangunan ekonomi di desa. Langkah tersebut mampu mempercepat kemajuan dan kesejahteraan masyarakat desa secara keseluruhan. Tentunya diperlukan sumber daya manusia, perencanaan bisnis dan dukungan penuh oleh pihak pemerintah desa.

Pada pertengahan tahun 2020, Desa Getaspejaten Kabupaten Kudus telah mendirikan BUMDes dengan nama BUMDes Bangun Insan Gemilang (BIG). Rencana usahanya cukup beragam, antara lain G-Park (Getaspejaten Park) Lembaga training, café, franchise, perdagangan air mineral, penyewaan ruko, jasa catering, penyewaan gedung, jasa tempat parkiran, pengelolaan tanah kas desa/bengkok. Ide usaha sudah tertuang ke dalam Anggaran Dasar dan di sahkan dalam musyawarah desa. BUMDes BIG juga telah diresmikan oleh Bupati Kudus meski belum memiliki legalitas berbadan hukum.

Dari semua rencana usaha tersebut, belum ada usaha yang berjalan karena modal yang dibutuhkan sangat besar. Ketua BPD menyebut bahwa pada saat itu menunggu pihak investor dari luar. Selain modal, satu persatu pengurus BUMDes meninggalkan tupoksinya. Hal tersebut mengakibtkan BUMDes BIG mati suri.

Dapat Tawaran Pendampingan

Pemerintah desa mendapatkan penawaran peningkatan kapasitas BUMDes dari PT Djarum pada Februari 2024. Untuk mencapai tujuan pembangunan desa, pihak pemerintah Desa Getaspejaten menerima tawaran tersebut untuk revitalisasi. Rejo selaku Ketua BPD sudah menantikan lama pendampingan dari pihak ketiga, “BUMDes Getaspejaten sangat membutuhkan bantuan dari pihak luar, pihak yang benar benar bisa mendorong dalam mewujudkan mimpi memiliki BUMDes yang aktif,” ucapnya.

Kepala Desa dan BPD mengusulkan beberapa nama pengurus BUMDes untuk restrukturisasi organisasi karena sudah tidak aktif. Pada kepengurusan yang baru, direktur saat ini memiliki latar belakang relawan BPBD. Kepala Desa mempunyai ekspektasi bahwa direktur yang baru memiliki loyalitas dan jiwa sosial dalam membangun desa.

Setelah musyawarah desa pengurus BUMDes melakukan pendaftaran legalitas badan hukum melalui situs Kementerian Desa PDTT. Persyaratan legalitas yang diunggah meliputi Peraturan Desa tentang Pendirian BUMDes, Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, dan Program Kerja BUMDes 2024. BUMDes BIG pun berhasil mengantongi sertifikat badan hukum tanpa revisi pada awal Agustus 2024

BUMDes BIG Perlahan Memulai Usaha

BUMDes menentukan tiga rencana usaha, yakni penyewaan peralatan acara, perdagangan sembako dan marketing catering. Pada ketiga rencana usaha tersebut membutuhkan modal uang Rp90.000.000,00.

Pemerintah Desa Getaspejaten baru melakukan pencairan modal kepada BUMDes pada awal September. Pembelanjaan barang oleh BUMDes dilakukan seminggu setelah pencairan. Sugiyanto selaku direktur menggerakkan pengurus BUMDes untuk segera action, “Kita (pengurus BUMDes) harus segera melakukan pembelanjaan sesuai perencanaan, karena itu merupakan langkah awal progress BUMDes yang dilihat oleh desa“.

Pada akhir bulan September, BUMDes BIG telah mendapatkan pesanan sebanyak 20 penyewaan kipas blower dengan harga sewa Rp150.000,00 per unit. Sedangankan pesanan dari persewaan kursi acara sebanyak 500 unit dengan harga sewa Rp3.000,00 per unit. Sehingga total pendapatan kotor BUMDes BIG pada permulaan usaha ini sebesar Rp4.500.000,00.

Rencana Tindak Lanjut dan Harapan

PKK Desa Getaspejaten berminat untuk melakukan kerjasama dengan menjadikan BUMDes supplier sembako. Sehingga, kedua belah pihak mendapatkan keuntungan dalam meningkatkan ekonomi.

BUMDes dapat bergerak lebih cepat dan efektif, karena perencanaan yang baik dapat membantu BUMDes dalam melakukan strategi perencanaan dan promosi yang tepat. Hal ini menunjukkan strategi yang diterapkan sangatlah efektif. Harapannya BUMDes mampu membantu desa dalam meningkatkan PADes.

Pasca pendampingan intensif, harapannya BUMDes BIG mampu berjalan mandiri sesuai dengan tupoksi. Hal paling penting BUMDes saling bersinergi sehingga dapat bertumbuh sesuai harapan.

Harapan lainnya BUMDes dapat berkontribusi terhadap PADes untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Melalui revitalisasi, BUMDes dapat menjadi lebih efisien dan berkelanjutan dan memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat desa. (NL)

Memulai Usaha Melalui Kepedulian Terhadap Pendidikan

Kabupaten Kudus terkenal sebagai wilayah industri rokok, sehingga sebagian besar masyarakatnya bekerja di sektor tersebut. Mereka yang bekerja juga berperan sebagai orang tua. Dampaknya tak jarang orang tua tidak memiliki cukup waktu untuk membantu buah hati belajar di rumah. Pendidikan anak jadi hanya berfokus di lingkungan sekolah karena pembelajaran di rumah kurang maksimal.

Kurangnya pendidikan di rumah karena orangtua sibuk bekerja terjadi di Desa Bacin Kabupaten kudus. “Kami prihatin dengan kondisi pendidikan anak-anak di desa kami. Banyak orang tua tidak memiliki waktu untuk sekedar membantu anak mengerjakan pekerjaan rumah karena sibuk bekerja di pabrik,” kata Direktur BUMDes Agung Prasetyo. Kondisi tersebut yang menjadi latar belakang BUMDes Bumi Nawasena Bacin membuat usaha bimbingan belajar.

Bermodalkan uang kurang dari Rp10 juta, BUMDes memulai usaha bimbingan belajar. Rumah tua milik warga yang tidak terpakai dimanfaatkan menjadi kelas dan ruangan pengajar. Renovasi dan penambahan fasilitas alat tulis dan buku bacaan dilakukan untuk meningkatkan kenyaman siswa dalam proses belajar mengajar.

Bimbingan belajar dibagi menjadi kelas umum dan kelas khusus. Kelas umum diisi oleh lebih dari 5 siswa dengan fokus materi pada pengetahuan umum dan mata pelajaran di sekolah. Sedangkan kelas khusus adalah diisi 1 sampai 3 siswa yang berfokus pada materi yang diinginkan oleh siswa.

BUMDes menetapkan biaya yang sangat terjangkau dimana setiap siswa kelas umum hanya membayar Rp 5.000 setiap pertemuan, sementara kelas khusus membayar Rp 80.000-120.000 setiap bulan. Untuk saat ini bimbingan belajar baru difokuskan untuk anak-anak sekolah dasar yang dilaksanakan setiap hari Senin hingga Jum’at pukul 16.00-17.30 WIB.

BUMDes mulai merintis usaha bimbingan belajar pada Juli 2024. Pengurus BUMDes mulai menyosialisasikan usaha bimbingan belajar kepada warga desa melalui pertemuan RT dan PKK. Usaha bimbingan belajar dibuka pada hari Rabu di minggu pertama bulan Juli. Sebanyak 20 siswa hadir mengikuti bimbingan belajar yang diadakan oleh BUMDes. Para siswa dibantu untuk memperdalam pelajaran yang diajarkan di sekolah. Selain itu materi pengetahuan umum dan pelajaran agama juga diajarkan. Adanya pelajaran agama mendapat respon positif dari para orang tua siswa.

Beberapa siswa sedang belajar bersama pengajar (sumber: dokumentasi lembaga)

Secara langsung usaha bimbingan belajar yang dilaksanakan BUMDes membantu para orang tua dalam memastikan pendidikan anak tidak hanya sebatas di sekolah. Para orang tua siswa merasa sangat terbantu dengan adanya bimbingan belajar ini karena harga dan jarak sangat terjangkau. “Saya sangat terbantu dengan adanya bimbingan belajar ini karena anak saya kalo belajar sendiri dirumah kurang fokus dan saya tidak punya banyak waktu untuk terus mengajari, selain itu harganya juga terjangkau dan jaraknya juga dekat,” tutur Andri, salah satu orang tua siswa.

Selain berdampak pada pendidikan anak, usaha bimbingan belajar yang dijalankan oleh BUMDes juga membuka lapangan pekerjaan baru. Saat ini 5 pemuda dan pemudi menjadi pekerja lepas sebagai tenaga pengajar di bimbingan belajar. Muda-mudi yang yang bekerja sebagai pengajar adalah mereka yang sedang menempuh pendidikan S1 atau   telah sarjana. Tak hanya itu, pengajar juga harus memiliki latar belakang pendidikan guru atau memiliki pengalaman sebagai pengajar di bimbingan belajar. Pengurus BUMDes memandang, mereka yang memiliki latar belakang pendidikan guru atau pernah mengajar di bimbingan belajar sudah memiliki kemampuan yang cukup baik untuk menghadapi siswa dengan berbagai karakter dan kebutuhan.

BUMDes memiliki harapan terhadap usaha bimbingan belajar ini. “Kedepan kami akan semakin meningkatkan kualitas pengajar dengan membuat modul yang berisi materi-materi sekolah dasar dan juga materi tentang ice breaking. Kami juga berencana untuk memperluas tempat untuk dapat semakin banyak menampung siswa dan menyerap lebih banyak pemuda untuk bekerja,” kata koordinator usaha bimbingan belajar Siti Maftuchatul Izzah. (NS)