Gyeongsangbuk-Do (2/12) – Kekayaan merupakan impian dan cita-cita setiap manusia dan negara. Semua orang ingin kaya, tetapi kebanyakan tidak mau mengubah sikap mental dan cara bekerja sehingga tetap miskin. Ho Choi-Sang adalah doktor dari National Characters Studies yang telah melakukan penelitian watak orang Korea Selatan selama 42 tahun. Ia menceritakan sikap mental orang Korea Selatan pada masa lalu. Selama masa kepemimpinan dua presiden sebelumnya orang Korea Selatan bermalas-malasan. Namun, setelah kepemimpinan Presiden Park Chung-hee yang juga berasal dari keluarga miskin, sang presiden memotivasi perubahan mental orang Korea Selatan. “Semua orang Korea Selatan berubah menjadi pekerja keras “ tegasnya.
Ho mencontohkan 40 tahun yang lalu Filipina adalah negara yang lebih kaya daripada Korea, tetapi sekarang kondisi Korea Selatan 10 kali lebih kaya dari Filipina. Padahal Filipina sebenarnya mempunyai sumberdaya alam yang melimpah seperti Indonesia. Lain halnya dengan Malaysia yang mempunyai musim seperti Indonesia, namun negara Malaysia sekarang menempati peringkat 16 dunia negara kaya sejak mengaplikasikan Saemaul Undong pada 1982 silam.
“Indonesia kaya sumber daya alam akan tetapi mengapa tidak maju seperti negara Korea Selatan?” tanya Kepala Desa Tanjungwangi Budi Santoso Idris yang juga merupakan salah satu delegasi dari Indonesia.
Pertanyaan tersebut sejenak menghentikan cerita sang Doktor. Ho yang sudah 30 tahun menjadi dosen ini mengakui hasil pertanian yang melimpah di Indonesia seperti beras, sayur dan buah-buahan. Namun kualitasnya masih perlu ditingkatkan agar harganya tinggi. Proses produksi yang mengolah hasil pertanian untuk menjadi barang yang mempunyai nilai tambah mesti dikembangkan, agar pendapatan masyarakat juga meningkat.
Lebih lanjut, Choi-Sang menjelaskan salah satu faktor penting agar menjadi negara atau desa kaya yaitu pemimpinnya harus mempunyai sikap mental sukarela kepada masyarakatnya. Pemimpin negara harus mempunyai mental yang kuat untuk membuat negara menjadi kaya. Pemimpin yang mampu membantu masyarakatnya untuk bekerja giat dan semangat sangat diperlukan untuk membangun desa atau negara.
“Indonesia saat ini belum mempunyai pemimpin yang dapat mempunyai tujuan yang jelas untuk maju dan belum dapat membuat masyarakatnya lebih giat bekerja,” Kata Ho tentang kondisi Indonesia.
Ho berharap agar para delegasi yang hadir ketika kembali ke tanah airnya mampu memilih pemimpin, termasuk pemimpin desa, yang memiliki misi mengubah sikap mental masyarakatnya, agar desa mempunyai tujuan kuat dan jelas untuk mengkayakan desanya. (ES)