Skip to content

Liputan

Dapat Respon Positif, Penerapan Agroforestri Berkelanjutan Perlu Diperluas Lagi
30 August 2024
Membangun Desa, Perangkat Desa dan Masyarakat Perlu Bersinergi
03 June 2024
Mengurangi Deforestasi, Pemerintah Desa dan Kabupaten Bisa Berkolaborasi
03 May 2024

Cerita Perubahan

Desa Sejahtera Astra Mahakam Ulu: Naiknya Pamor Kakao dan Wawasan Masyarakat
09 September 2025
Perjalanan Desa Jati Kulon dalam Mengelola 6 Ton Sampah Setiap Hari
06 August 2025
Inisiasi Desa dalam Adaptasi Perubahan Iklim Melalui Perlindungan Kearifan Lokal
22 May 2025

Sinergi BUMDes dengan Pelaku Wisata Desa Kandangmas

Beberapa wisatawan menaiki speedboat di Waduk Logung (sumber: dokumentasi lembaga)

Wisata desa saat ini menjadi primadona di Indonesia. Sayangnya, pengelolaan wisata desa seringkali menjadi wahana adu kepentingan antar unsur yang ada desa. Kelompok sadar wisata (Pokdarwis) yang berfokus pada pengembangan wisata desa dan BUMDes yang berfokus pada pengembangan ekonomi desa lewat usahanya memiliki irisan kepentingan yang mendorong sinergi keduanya. Sinergi ini mulai dilakukan oleh semua pemangku kepentingang pariwisata di Desa Wisata Kandangmas, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.

Desa Kandangmas terletak di bagian tenggara kaki Pengunungan Muria, memiliki beberapa objek wisata, salah satunya Waduk Logung. Waduk Logung dengan luas sekitar 88,5 Ha yang dibangun pada tahun 2014 dan diresmikan pada 2018 sebagian besarnya masuk wilayah Desa Kandangmas dan sebagian lainnya masuk wilayah Desa Tanjungrejo.

Sejak waduk beroperasi, warga dan penambang pasir di kawasan terdampak pembangunan waduk beralih profesi menjadi pemilik kios dan pengelola wisata. Sejak dikukuhkan menjadi desa wisata, Desa Kandangmas membentuk Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis). Akan tetapi, kegiatan Pokdarwis tidak lagi aktif karena tidak mendapatkan legalitas berupa Perdes. Wisata Waduk Logung sempat ramai dikunjungi dengan tambahan wisata speedboat. Waduk juga dikelilingi sabuk hijau atau perbukitan yang cukup menarik untuk dijelajahi wisatawan. Sayangnya, kegiatan pengelolaan wisata ini vakum saat pandemi Covid-19.

Pada tahun 2022 BUMDes di Desa Kandangmas terbentuk yang difasilitasi oleh Perkumpulan Desa Lestari dan Lokadata selaku mitra implementasi program pelatihan dan pendampingan BUMDes oleh PT Djarum. BUMDes bernama Mitra Sejahtera memulai kegiatannya dengan usaha pengelolaan sampah. Proses rencana kerjasama Pokdarwis dengan BUMDes berlangsung lambat karena belum semua anggota Pokdarwis menyepakati ini. Saat itu arogansi kelompok masih terlihat kuat.

Sejak akhir 2023 BUMDes Mitra Sejahtera menambah kegiatan usahanya berupa jasa pembayaran dan penyewaan alat molen. Pada tahun 2023 Pokdarwis sendiri yang meminta BUMDes untuk mengelola wisata Waduk Logung. Selain itu, dukungan juga datang dari Paguyuban Wisata Speedboat Logung.

Paguyuban menginginkan BUMDes menjadi pengelola tiket, toilet, dan parkir. Pemilik speedboat menginginkan BUMDes turun tangan agar antrian penggunaan speedboat bisa terarah, adil, dan tertib. Selain itu, pemilik speedboat tidak ingin kerepotan lagi menarik pelanggan dan mengelola tiketnya.

Pada awal 2024 BUMDes menambah usaha agen pendaftaran dan pembayaran BPJS Tenaga Kerja. Melalui musyawarah desa laporan tahunan dan penyampaian program kerja, usulan BUMDes untuk menambah usaha pengelolaan wisata Waduk Logung disetujui oleh masyarakat. Melalui beberapa pertemuan semua pemangku kepentingan pariwisata di Desa Kandangmas akhirnya mendapat kesepakatan kerjasama antara BUMDes dengan Pemerintah Desa Kandangmas. Pemerintah desa menerbitkan Surat Perjanjian Kerjasama Pemanfaatan Lahan di Kawasan Wisata Waduk Logung Kandangmas. Dalam perjanjian disebutkan kesepakatan pemberian kontribusi hasil usaha dari BUMDes untuk desa senilai Rp16.000.000,00 per tahun.

Saat ini, area parkir kendaraan masih dikelola secara manual. Tarif per sepeda motor sebesar Rp5.000,00, tarif per kendaraan roda empat minibus sebesar Rp10.000,00 dan tarif per kendaraan besar sebesar Rp20.000,00. Speed boat yang disewakan dikenakan tarif Rp100.000,00 per perahu. Penghitungan jumlah pengunjung yang masih manual membuat jumlah kunjungan dan pemasukan wisata tidak terukur secara pasti. “Setiap hari jumlah pemasukan dari karcis parkir maksimal sekitar dua juta rupiah per hari. Warga sekitar yang kami kenali tidak kami mintakan tarif parkir. Karena tak ada palang pintu parkir sepertinya banyak yang terlewat kami kutip uang parkirnya,” ucap Kasmuri, pengelola parkir Waduk Logung yang sebelumnya adalah pekerja tambang pasir di lokasi waduk.

Riska, Direktur BUMDes Mitra Sejahtera Kandangmas, mengatakan bahwa melalui proses yang tidak mudah kini Pemerintah Desa Kandangmas sudah memberikan dukungan yang cukup baik untuk pengelolaan waduk melalui BUMDes. Menurutnya semua yang bisa pemerintah desa kerahkan untuk BUMDes agar bisa meningkatkan ekonomi desa melalui wisata desa sudah dikerahkan. Riska optimis wisata Desa Kandangmas bisa maju karena menurutnya selain memiliki Waduk Logung, Desa Kandangmas juga memiliki objek wisata Punden Masen, pabrik besar gula tumbu, pengrajin batik ecoprint, tradisi jajanan tradisional di hari minggu.

“Persoalannya saat ini ada beberapa lahan yang status tanahnya masih milik pribadi jadi tidak bisa diubah semaunya untuk kepentingan wisata Logung. Selain itu, penataan kawasan sekitar waduk berupa lampu-lampu estetik untuk membantu penerangan kawasan waduk di sore dan malam hari masih kurang,” jelas Riska. Oleh karena itu, Riska menginginkan ada penataan lebih serius dari Pemerintah Desa yang didukung anggaran yang mencukupi. Menurutnya, wisata malam di Waduk Logung juga cukup potensial karena banyak komunitas pemancing yang datang di malam hari untuk memancing dan wisata kuliner. Selain itu, warung-warung di sekitaran waduk saat ini bahkan ada yang buka hingga subuh.

Lilieq Ngesti, Kabid Permas Dinas PMD Kudus mengatakan pengelolaan dan pengembangan bahwa Waduk Logung tidak hanya menjadi tanggung jawab Desa Kandangmas. Desa Tanjung Rejo, Desa Rejosari, dan Desa Terban juga termasuk desa-desa penyangga Waduk Logung juga memiliki tanggung jawab pada pengembangan dan pengelolaan Waduk Logung. Menurutnya, harus ada sinergi dalam pembagian tugas pengelolaan dan pengembangan wisata Waduk Logung ini di antara desa-desa tersebut. “Desa Kandangmas tak bisa sendirian. Semua desa penyangga harus ketemu, berbagi tugas dalam rencana pengelolaan wisata Waduk Logung ke depannya.” tutup Lilieq. (LSY)